Sekda Papua, TEA Hery Dosinaen, SIP berbincang dengan Kadis Perkebunan, Ir Jhon Nahumury, MSi dan Kadis TPH, Ir Semuel Siriwa, MSi di ruang kerjanya. |
JAYAPURA-Dinas Perkebunan Provinsi
Papua, tahun ini lakukan gerakan massal penanganan hama kakao dan pencanangan
tiada hari tanpa perawatan dan pemeliharaan tanaman kakao dalam upaya untuk
mengembalikan kekayaan Papua dalam
mengekspor komoditi unggulan itu.
“Ya, kami telah canangkan itu,” kata Kepala Dinas Perkebunan Provinsi Papua, Ir
John D Nahumury, MSi di sela-sela peringatan Hari Pangan Sedunia Ke-34 di
Halaman Kantor Otonom, Kotaraja, Rabu (29/10).
Dikatakan, dalam penanganan hama
dan penyakit pada tanaaman kakao ini, pihaknya terus menghimbau kepada dinas
terkait di daerah kabupaten/kota untuk memberikan penyuluhan kepada para petani
tentang cara budi daya kakao yang baik.
Untuk itu, lanjut John Nahumury,
dengan adanya gerakan massal penanganan hama kakao dan pencanangan tiada hari
tanpa perawatan dengan pemiliharaan, ada perkembangan dan kemajuan dalam
tanaman kakao.
Pihaknya berharap pencanangan
gerakan masal penanganan hama kakao ini, dapat dilakukan secara serentak di
seluruh sektor-sektor pengembangan kakao, seperti di Kabupaten Jayapura,
Keerom, Sarmi, Nabire dan Kepulauan Yapen, karena jika dilakukan di satu daerah
saja maka masalah itu tidak akan selesai.
“Pencanangan masal penanganan hama kakao ini
memang membutuhkan kepedulian semua, keberpihakan para bupati dan walikota
untuk memberikan perhatian serius pada komoditas unggulan Papua ini. Apalagi,
rata-rata produksi kakao sudah turun drastis sekitar 60 persen,” jelasnya.
Soal keterlibatan para ahli dalam
penanganan hama kakao ini? Nahumury mengatakan semua pihak akan dilibatkan, namun hal itu diawali dari
para petani, kelompok tani dan pelaku usaha.
“Ya, semua pihak harus terlibat. Itu
yang penting, supaya produksi bisa ditingkatkan, karena permintaan kakao dari
luar juga sangat banyak,” jelasnya.
Apalagi, harga biji kakao saat
ini memang bervariasi di setiap daerah dimana rata-rata dijual seharga Rp 25 ribu
sampai Rp 30 ribu per kilogram, sehingga
sangat menguntungkan, sehingga jika ada harga yang rendah di daerah maka harus
diproteksi agar sama, karena jika harga kakao bagus maka akan menggairahkan
petani.
Ditambahkan, komuditas unggulan
Papua ada pada kakao, dimana sudah ditentukan kawasan pengembangan seperti di
daerah Mamta, Seireri. Sementara untuk Kopi, daerah wapoga dan Mepoga
(Pegunungan).
Sedangkan perkebunan rakyat
sepeti karet, ada di daerah Merauke, Mappi, Boven Digoel, Asmat, Mamta dan
Saereri.
“Ini terus kami dorong dan kami
klaim sebagai komoditas rakyat, sehingga asset masyarakat sebagai sumber
pendapatan,” imbuhnya.(bat)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar