Jumat, 31 Oktober 2014

Dinas Perkebunan Canangkan Gerakan Massal Penanganan Hama Kakao


Sekda Papua, TEA Hery Dosinaen, SIP berbincang dengan Kadis Perkebunan, Ir Jhon Nahumury, MSi dan Kadis TPH, Ir Semuel Siriwa, MSi di ruang kerjanya.


JAYAPURA-Dinas Perkebunan Provinsi Papua, tahun ini lakukan gerakan massal penanganan hama kakao dan pencanangan tiada hari tanpa perawatan dan pemeliharaan tanaman kakao dalam upaya untuk mengembalikan  kekayaan Papua dalam mengekspor komoditi unggulan itu.
 “Ya, kami telah canangkan itu,” kata  Kepala Dinas Perkebunan Provinsi Papua, Ir John D Nahumury, MSi di sela-sela peringatan Hari Pangan Sedunia Ke-34 di Halaman Kantor Otonom, Kotaraja, Rabu (29/10).
Dikatakan, dalam penanganan hama dan penyakit pada tanaaman kakao ini, pihaknya terus menghimbau kepada dinas terkait di daerah kabupaten/kota untuk memberikan penyuluhan kepada para petani tentang cara budi daya kakao yang baik.
Untuk itu, lanjut John Nahumury, dengan adanya gerakan massal penanganan hama kakao dan pencanangan tiada hari tanpa perawatan dengan pemiliharaan, ada perkembangan dan kemajuan dalam tanaman kakao.
Pihaknya berharap pencanangan gerakan masal penanganan hama kakao ini, dapat dilakukan secara serentak di seluruh sektor-sektor pengembangan kakao, seperti di Kabupaten Jayapura, Keerom, Sarmi, Nabire dan Kepulauan Yapen, karena jika dilakukan di satu daerah saja maka masalah itu tidak akan selesai.
 “Pencanangan masal penanganan hama kakao ini memang membutuhkan kepedulian semua, keberpihakan para bupati dan walikota untuk memberikan perhatian serius pada komoditas unggulan Papua ini. Apalagi, rata-rata produksi kakao sudah turun drastis sekitar 60 persen,” jelasnya.
Soal keterlibatan para ahli dalam penanganan hama kakao ini? Nahumury mengatakan semua pihak  akan dilibatkan, namun hal itu diawali dari para petani, kelompok tani dan pelaku usaha.
“Ya, semua pihak harus terlibat. Itu yang penting, supaya produksi bisa ditingkatkan, karena permintaan kakao dari luar juga sangat banyak,” jelasnya.
Apalagi, harga biji kakao saat ini memang bervariasi di setiap daerah dimana rata-rata dijual seharga Rp 25 ribu sampai  Rp 30 ribu per kilogram, sehingga sangat menguntungkan, sehingga jika ada harga yang rendah di daerah maka harus diproteksi agar sama, karena jika harga kakao bagus maka akan menggairahkan petani.
Ditambahkan, komuditas unggulan Papua ada pada kakao, dimana sudah ditentukan kawasan pengembangan seperti di daerah Mamta, Seireri. Sementara untuk Kopi, daerah wapoga dan Mepoga (Pegunungan).
Sedangkan perkebunan rakyat sepeti karet, ada di daerah Merauke, Mappi, Boven Digoel, Asmat, Mamta dan Saereri.
“Ini terus kami dorong dan kami klaim sebagai komoditas rakyat, sehingga asset masyarakat sebagai sumber pendapatan,” imbuhnya.(bat)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar