Gubernur Lukas Enembe,SIP, MH salami Ketua DPRP, Deerd Tabuni,
Untuk itu, kata
Gubernur Lukas Enembe, menjadi pemimpin di Papua baik Gubernur maupun anggota
DPR Papua sangat berat dan tidak gampang.
“Jakarta jangan lihat dengan kacamata kuda, Jakarta jangan
lihat dengan regulasi yang ada Jakarta yang tidak bisa diterapkan disini,”
tandasnya dalam malam perpisahan dengan anggota DPR Papua periode 2009-2014 di
Sasana Krida Kantor Gubernur, akhir pekan kemarin.
Untuk itulah, tegas
Gubernur, siapapun yang menjadi pemimpin di Papua, jika tidak kuat maka bisa
mati di dalam kepemimpinan.
“Ya, itulah sebabnya,
siapapun yang menjadi pemimpin di Papua, ya kalau tidak tahan mental dan fisik
bisa mati didalam kepemimpinan,” ujar Gubernur.
Diakui, menjadi pemimpin maupun wakil rakyat harus
membutuhkan kerja keras, bahkan Gubernur mengakui setiap masuk kantor pasti
pulang dini hari pukul 03.00 – 04.00
“Sudah 1,6 tahun,
saya bilang sudah saya mati tidak apa-apa? Karena apa, saya melihat persoalan Papua tidak bisa
diselesaikan dalam 5 tahun,” ujarnya.
Persoalan yang sangat kompleks, diakui Lukas Enembe,
membuatnya bingung untuk memulai darimana membangun Papua itu.
Apalagi, lanjut Gubernur Lukas Enembe, kondisi riil sampai
saat ini, Papua masih tertinggal, termiskin, terbelakang dan lainnya. Padahal,
pelaksanaan Otsus sudah berjalan selama 13 tahun.
Untuk itu, ia terus
bersuara yang tidak berhasil terus di Provinsi Papua. “Karena saya tidak mau
dipuji, lebih baik saya bicara yang
tidak baik berhasil terus, supaya ini menjadi nyata pada semua orang,” ujarnya.
Diakui, sangat susah
menjadi pemimpin di Papua, termasuk DPRP yang diperhadapkan dengan berbagai
permasalahan, dimana masyarakat maunya cepat, tapi tidak bisa, kondisi alam
yang tidak memungkinkan, masalah-masalah sosial yang terus terjadi, jika ingin
membangun sesuatu selalu ada hambatan terus.
“Ini persoalan-persoalan klasik yang tidak bisa main-main
untuk membangun Papua ini,” tandasnya.
“Saya memang orang kampung. Jadi, saya akan bicara begini
terus. Selama orang tua saya masih belum menikmati pembangunan, saya akan
bicara terus. Bukti hari ini bahwa orang Papua terjebak dalam kemiskinan
absulot yang luar biasa,” ujarnya.
Ditambahkan, untuk merubah Provinsi Papua memang membutuhkan
pengabdian dan pengorbanan yang tulus.
“Saya menyampaikan terima kasih kepada mereka yang sudah
mengabdikan diri di DPRP dengan berbagai pengabdian yang sudah banyak berhasil,
perdasi dan perdasus yang kalian luar biasa, meski pelaksanaan sosialisasi
hampir tidak ada,” imbuhnya.
Ketua DPR Papua,
Deerd Tabuni juga menyampaikan terima kasih kasih kepada pimpinan dewan,
pimpinan fraksi, pimpinan komisi dan
anggota dewan yang telah lima tahun
dilalui dalam suka dan duka.
“Kami dari pimpinan ada yang salah kami mohon maaf, termasuk
Gubernur Papua bersama jajaran,” katanya.
Namun yang jelas, imbuh Deerd Tabuni, pihaknya menginginkan
Papua lebih maju dan tidak mundur lagi, karena sudah saatnya, harus ada
perubahan di Tanah Papua.
“Tidak ada orang lain akan datang bicara untuk masalah tanah
Papua, saatnya kita bicara untuk tanah Papua untuk wilayah NKRI. Dan, ini
membuat kami harus merubah pikiran dan pola hidup untuk bersatu untuk membawa
Papua ke depan lebih baik,” ujarnya.
Apalagi, imbuh Deerd Tabuni, masih ada pekerjaan rumah yang
belum terselesaikan untuk membawa Otsus yang tinggal selangkah lagi dalam upaya
mensejahterakan rakyat Papua. (bat)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar