Senin, 20 Oktober 2014

Gubernur: Jika Tak Siap Mental dan Fisik, Bisa Mati Di Dalam Kepemimpinan







    Gubernur Lukas Enembe,SIP, MH salami Ketua DPRP, Deerd Tabuni,



JAYAPURA-Gubernur Papua, Lukas Enembe, SIP, MH mengatakan bahwa persoalan Papua sangat kompleks, sehingga belum tentu dalam 5 – 10 tahun akan mampu menyelesaikan masalah di Papua.

 Untuk itu, kata Gubernur Lukas Enembe, menjadi pemimpin di Papua baik Gubernur maupun anggota DPR Papua sangat berat dan tidak gampang.
“Jakarta jangan lihat dengan kacamata kuda, Jakarta jangan lihat dengan regulasi yang ada Jakarta yang tidak bisa diterapkan disini,” tandasnya dalam malam perpisahan dengan anggota DPR Papua periode 2009-2014 di Sasana Krida Kantor Gubernur, akhir pekan kemarin.
 Untuk itulah, tegas Gubernur, siapapun yang menjadi pemimpin di Papua, jika tidak kuat maka bisa mati di dalam kepemimpinan.
 “Ya, itulah sebabnya, siapapun yang menjadi pemimpin di Papua, ya kalau tidak tahan mental dan fisik bisa mati didalam kepemimpinan,” ujar Gubernur.
Diakui, menjadi pemimpin maupun wakil rakyat harus membutuhkan kerja keras, bahkan Gubernur mengakui setiap masuk kantor pasti pulang dini hari pukul 03.00 – 04.00
  “Sudah 1,6 tahun, saya bilang sudah saya mati tidak apa-apa? Karena apa,  saya melihat persoalan Papua tidak bisa diselesaikan dalam 5 tahun,” ujarnya.
Persoalan yang sangat kompleks, diakui Lukas Enembe, membuatnya bingung untuk memulai darimana membangun Papua itu.
Apalagi, lanjut Gubernur Lukas Enembe, kondisi riil sampai saat ini, Papua masih tertinggal, termiskin, terbelakang dan lainnya. Padahal, pelaksanaan Otsus sudah berjalan selama 13 tahun.
 Untuk itu, ia terus bersuara yang tidak berhasil terus di Provinsi Papua. “Karena saya tidak mau dipuji,  lebih baik saya bicara yang tidak baik berhasil terus, supaya ini menjadi nyata pada semua orang,” ujarnya.
 Diakui, sangat susah menjadi pemimpin di Papua, termasuk DPRP yang diperhadapkan dengan berbagai permasalahan, dimana masyarakat maunya cepat, tapi tidak bisa, kondisi alam yang tidak memungkinkan, masalah-masalah sosial yang terus terjadi, jika ingin membangun sesuatu selalu ada hambatan terus.
“Ini persoalan-persoalan klasik yang tidak bisa main-main untuk membangun Papua ini,” tandasnya.
“Saya memang orang kampung. Jadi, saya akan bicara begini terus. Selama orang tua saya masih belum menikmati pembangunan, saya akan bicara terus. Bukti hari ini bahwa orang Papua terjebak dalam kemiskinan absulot yang luar biasa,” ujarnya.
Ditambahkan, untuk merubah Provinsi Papua memang membutuhkan pengabdian dan pengorbanan yang tulus.
“Saya menyampaikan terima kasih kepada mereka yang sudah mengabdikan diri di DPRP dengan berbagai pengabdian yang sudah banyak berhasil, perdasi dan perdasus yang kalian luar biasa, meski pelaksanaan sosialisasi hampir tidak ada,” imbuhnya.
 Ketua DPR Papua, Deerd Tabuni juga menyampaikan terima kasih kasih kepada pimpinan dewan, pimpinan fraksi, pimpinan  komisi dan anggota dewan yang telah lima  tahun dilalui dalam suka dan duka.
“Kami dari pimpinan ada yang salah kami mohon maaf, termasuk Gubernur Papua bersama jajaran,” katanya.
Namun yang jelas, imbuh Deerd Tabuni, pihaknya menginginkan Papua lebih maju dan tidak mundur lagi, karena sudah saatnya, harus ada perubahan di Tanah Papua.
“Tidak ada orang lain akan datang bicara untuk masalah tanah Papua, saatnya kita bicara untuk tanah Papua untuk wilayah NKRI. Dan, ini membuat kami harus merubah pikiran dan pola hidup untuk bersatu untuk membawa Papua ke depan lebih baik,” ujarnya.
Apalagi, imbuh Deerd Tabuni, masih ada pekerjaan rumah yang belum terselesaikan untuk membawa Otsus yang tinggal selangkah lagi dalam upaya mensejahterakan rakyat Papua. (bat)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar