Minggu, 19 Oktober 2014

Gubernur Terinsipirasi Peraih Nobel Asal Bangladesh




Untuk Dorong Pengembangan Ekonomi di Papua
JAYAPURA-Gubernur Papua, Lukas Enembe, SIP, MH mengakui jika dirinya terinspirasi oleh peraih Nobel Perdamaian asal Bangladesh, Prof DR Muhammad Yunus dalam upaya mendorong pengembangan dan pemberdayaan ekonomi di Papua.
“Saya terinspirasi dengan Prof Dr Muhammad Yunus, orang Bangladesh, peraih Nobel. Beliau ini seorang anak muda dari Negara miskin yang dikirim ke Amerika, sekolahnya umur 24 tahun sudah menjadi doctor ekonomi,” kata Gubernur Lukas Enembe, baru-baru ini.
Gubernur sempat menceritakan bahwa peraih Nobel asal Bangladesh, sebuah Negara miskin di kawasan Asia itu, kembali ke negaranya dan mengajar kembali di negerinya, namun teori yang didapat tidak sesuai dengan realita yang dihadapi masyarakat di negerinya, terutama melihat mama-mama miskin jualan di sekitar kampusnya mengajar, yang berjuang untuk menyekolahkan anak-anak mereka.
Dari situlah, lanjut Gubernur, menjadi cikal bakal lahirnya Grameen Bank, yang sekarang menjadi bank yang disegani di seluruh dunia. Awalnya, Prof M Yunus menghibahkan semua gajinya untuk memberikan pinjaman atau kredit kepada mama-mama yang berjualan di sekita kampus, tanpa agunan.
“Endingnya dari semua yang dia lakukan, sampai dia bawa mama-mama yang tidak punya pendapatan tetap untuk berjuang menyekolahkan anak-anak mereka, sampai anak-anaknya sampai di sewa NASA, menjadi ahli-ahli terkemuka di Jerman dan Inggris,” katanya.
Gubernur menilai bahwa hal itu sangat luar biasa dalam memajukan ekonomi di Negara itu, sehingga ia sangat terinsipirasi terhadap Prof M Yunus yang disebut sebagai Bapak Bank Orang Miskin itu.
“Sungguh saya sangat terinsipirasi. Kenapa itu mama-mama? Karena mama-mama paling mengerti kebutuhan di dalam rumah, bukan laki-laki, baik untuk dapur ngepul maupun pendidikan anak-anak dan lainnya,” ujarnya.
Untuk itu, kata Gubernur, saat ini pihaknya tengah mengkonsep dari inspirasi tersebut, namun pihaknya kini juga tengah mempersiapkan data-datanya untuk memberdayakan masyarakat Papua  dengan model yang paling bagus.
“Ini bisa dijadikan model untuk di Papua, tapi kita harus pastikan punya data terlebih dahulu. Jadi, saya pikir ini inspirasi yang luar biasa, bagi  kita semua, dan program ini sudah dilaksanakan Pemerintahan SBY dalam rangka menurunkan angka kemiskinan di Indonesia,” jelasnya.
Namun demikian, Gubernur mengajak masyarakat Papua untuk merubah mindset atau pola pikir dalam upaya mendorong dan memajukan perekonomian rakyat.
 “Ya, kita ingin merubah mindset itu, terutama pengusaha-pengusaha Papua, jangan berpikir kelola miliaran, tapi keuntungan masuk berpikir berfoya-foya habis dan tidak ada bekas sama sekali,” tandasnya.
Apalagi, imbuh Gubernur, sejak tahun 1969 sampai sekarang, tidak ada orang Papua yang menjadi pengusaha top di Indonesia. Tetapi, yang ada justru dari daerah lain seperti Kalimantan, Sulawesi, Sumatera dan Jawa, padahal mereka tidak memiliki SDM yang sama seperti di Papua.
“Tidak ada pengusaha besar, yang ada disini pengusaha APBD saja, setiap tahun anggaran dia bawa PT bawa tender. Coba kamu punya tower di Jakarta kha, masak orang Kalimantan punya tower-tower tinggi di Jakarta saja. Ini kita kaya, disana hanya batu bara, hutan dan rotan, tapi kita disini lebih dari itu,” imbuhnya. (bat)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar